Selasa, 17 Juli 2012

PENDEKAR SYAIR BERDARAH

SYAIR CINTA ARYA DWIPANGGA
Pelangi muncul diatas kurawan
Warnanya indah bukan buatan
Seorang gadis ternganga keheranan
Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan
Sekumtum cempaka sedang mekar ditaman sari desa Manguntur
Kelopaknya indah tersenyum segar
Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malam nanti
Ku buka daun jendela dan terbayang malam yang indah di hiasi chandra kartika
Di bulan Waisya ini
Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masih rapat terkancing dari dalam
Kapn kubuka
Wahai sang dewi puspa
Pelangi itu muncul lagi
Membuat garis melengkung ke langit tinggi
Daun ilalang diterpa angin gemerisik membangunkan tidurku dari dari mimpi buruk
Di batas tugu yang indah ini ku pahat dengan bermandikan keringat kasih
Kalau kau tatap mega yang berbunga-bunga
Disanalah aku duduk menunggu pintu maafmu terbuka
Pelangi senja mengantarkan burung-burung pulang ke sarangnya
Domba-domba pulang ke kandangnya
Tapi aku hendak kemana
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selama senyummu masih kau sembunyikan di balik keangkuhan hatimu
Nari Ratih…………………..!
Kau adalah sebongkah batu karang
Tapi aku adalah angin yang sabar setia
Sampai langit di atas terbelah dua
Aku akan membelai namamu bagaikan bunga
Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin
Biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih di langit yang jauh
Aku akan tidur dengan tenang
Sambil memluk senyummu dalam kehangatan mimpiku
Aku berkelana mencari cinta ke desa-desa yang jauh
Akhirnya di candi walandit kupuaskan dahagaku
=======================================================================================================
Aku datang dari balik kabut hitam…aku mengarungi samudera darah…akulah pangeran kegelapan…kan ku remas matahari di telapak tanganku.. kan ku pecahkan wajah rembulan, pecah terbelah…dengan KIDUNG PAMUNGKAS …kan ku buat dunia berwarna merah…
========================================================================================================
Oh betara…
Sdh sulit q bedakan hidup dan siksa….
Setiap nafas dan langkah q raja derita……
Oh betara….
Buka matamu dan saksikan derita q….
Telah kau kalahkan aq dengan tangan perkasamu….
Oh betara….
Kini mimpi-mimpikupun hitam gelap………..
Segelap bola mata q…………
Letih sudah kaki menyelusuri lembah…….
Tapi…….
Perjalanan tidak kunjung usai…….
Tidak terperih luka…….
Carut marut oleh onak duri
Oh……..
Perih luka ternyata jauh lebih perih jiwa…….
Gemulung halimun menutup jalan semua jalan……..
Tapi aku tetap ingin pulang……….
Dewa…………..
Kembalikan masa bocahku kedalam jiwa…………
Jangan peluk akhir perjalananku……..
Aku masih punyak rindu………..
Yang belum pupus…………
Jemariku belum lagi menyentuh bayang-bayang mimpi ku
Jagat dewa batara………
Sejuta kutuk pasu ku tadah dengan dada terbuka……..
Tapi belum juga kau satukan aku dengan anak-anakku……….
Oh……………
Hanya rindu yang meratapi dosa-dosa……..
Busuk………….
Satu-satu ………..
Orok dosaku mengering sudah…………
Satu-satu ………..
Bayangan masa datang terasa benderang……..
========================================================================================================
SYAIR PENGIRING KETIKA ARYA DWI PANGGA BELAJAR AJIAN KIDUNG PAMUNGKAS
Ketika kata-kata……………
Sudah tidak bisa menjawab tanya……………
Maka bahasa pedanglah yang bicara………………
Bahasa para ksatria……………
Bahwa bumi mununtut sesaji darah manusia……………
Pedang……………
Taring betarakala sedang di amuk murka……………
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana……………
Bumi……………
Gelap pekat menangis air mata merah……………
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia……………
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan……………
Tergelar dari ujung pedang……………
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yang sama……………
========================================================================================================
SYAIR PAMUNGKAS ARYA DWIPANGGA UNTUK MENAKLUKKAN HATI MEI SHIN YANG SEDANG BIMBANG
Burung merak melayang menyelinap ke istana awan……………
Ditahtanya di rentangkan sayap……………
Dari dadanya semburat sinar rembulan……………
Kidung pamungkas
=======================================================================================================
DENDAM ABADI
Jangan ada suara kalau syairku sedang bicara
Karena suaraku ingin memutar balik cakra dunia
Kenapa orang bijak bicara dengan jumawa
Tidak ada yang abadi di dunia ini
Kecuali ketidak abadian itu sendiri
Padahal duka hidupku abadi
Luka hatiku abadi
Pagi mengusir malam
Siang menghardik embun
Dan malam menelan matahari juga abadi
Dari waktu ke waktu
Sampai ratusan abad sejak alam mayapada
Digelar para dewa
Dendamku pada kamandanu juga abadi
Begitu juga dendamku pada nasib juga abadi
oooh…
Akan kutebar gelembung dendam rahmawana
Menyebar keseluruh mayapada
Menutup kayangan di puncak Mahameru

perubahan menuju hal-hal yang positiv

Tidak ada komentar:

perubahan menuju hal-hal yang positiv  https://youtu.be/duGy3x0Zsx0