Entah mengapa akhir-akhir ini saya
begitu gemar menulis tentang keunikan sejarah dan mitos lainnya yang ada
di kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Bukan karena banyaknya para
wanita cantik yang begitu menggoda disana, ya mungkin karena saya memang
lama menyimpan rasa cinta dengan kabupaten Temanggung, dan juga karena
saat ini saya telah memiliki pendamping hidup yang sangat saya cintai
berasal dari kabupaten Temanggung itu sendiri.
Selain itu kabupaten Temanggung ternyata
banyak menyimpan 1001 cerita sejarah dan mitos-mitos unik lainnya yang
membuat saya semakin penasaran untuk mengungkap keberadaan kabupaten
Temanggung, yang juga begitu banyak menyimpan kisah dan misteri yang
menarik perhatian saya.
Sebelumnya saya berusaha mengupas
tentang keberhasilan kabupaten Temanggung dengan sumber daya alamnya
yaitu pada dunia agro pertanian tembakau, dan belum lama kemudian saya
juga berusaha mencoba mengungkap tentang misteri Gunung Sindoro dan
Gunung Sumbing. Kali ini saya akan mencoba menyampaikan sedikit banyak
tentang situs-situs prasejarah yang menjadi bagian dari sejarah
kabupaten Temanggung dengan kisah dan mitos misterinya.
Pada tulisan saya kali ini, saya juga
akan sedikit banyak mengambil referensi dari artikel-artikel lainnya
yang dapat dipertanggung jawabkan, termasuk pula saya akan mencoba
mensari beberapa sumber terkait yang dapat mendukung tulisan saya kali
ini.
Harian Kompas dan beberapa media nasional lainnya pada tanggal 4
September 2012 lalu pernah memuat berita tentang penemuan situ
prasejarah yang ditemukan tanpa sengaja oleh penambang pasir asal Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Saat itu ditemukan Situs
Liyangan yang berada di bawah Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung
pada kedalaman delapan meter di bawah permukaan tanah. Di sekitar candi
ditemukan pula bangunan rumah yang mengindikasikan adanya permukiman
penduduk dimasa lalu sejarah situs tersebut. Situs Liyangan ditemukan
oleh penambang pasir Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung diperkirakan pada tahun 2008.
Menurut sejarah penemuan awal Situs Liyangan oleh masyarakat setempat, yaitu pada tahun
2008 masyarakat Temanggung tiba-tiba saja dikejutkan dengan adanya
sebuah penemuan candi lagi, di sebuah penambangan pasir tidak jauh dari
candi Pringapus, tepatnya di Dusun Liyangan, Desa Purbasari Kecamatan
Ngadirejo sekitar 20 kilometer arah barat laut dari kota Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah.
Situs Liyangan berupa candi ukuran
kecil, dan hingga kini di kawasan penambangan pasir di lereng Gunung
Sindoro itu masih ditemukan benda-benda bersejarah lain, di kawasan
dengan ketinggian sekitar 1.400 di atas permukaan air laut tersebut
pertama kali ditemukan sebuah talud, yoni, arca, dan batu-batu candi,
diduga bahwa situs tersebut sebuah perdusunan karena di antara benda
temuan terdapat sisa-sisa rumah berbahan kayu dan bambu.
Kemudian terjadi kembali penemuan
berupa sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya
terdapat sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya, karena yoni ini
memiliki tiga lubang, profil klasik Jawa Tengah pada kaki candi
menandakan candi ini berasal dari abad 9 Masehi.
Yang menjadi misteri dan sangat spektakuler
adalah temuan terakhir pada akhir Maret 2010 berupa rumah panggung dari
kayu yang hangus terbakar dan masih tampak berdiri tegak. Satu unit
rumah tersebut berdiri di atas talud dari batu putih setinggi 2,5 meter.
Selain itu juga ditemukan satu
unit rumah kayu lain yang baru tampak pada bagian atapnya, menurut
perkiraan bangunan rumah tersebut berada dalam satu kompleks dengan
candi dan kemungkinan merupakan satu zaman.
Balai Arkeologi Yogyakarta
memperkirakan kedua unit rumah itu merupakan bangunan rumah masa Mataram
Kuno, dan bisa kemungkinan pada abad 9 Masehi silam tempat tersebut
adalah sebuah desa atau dusun kecil yang menghilang dengan terjadinya
proses alam seperti tanah longsong atau gempa bumi lainnya. Sehingga
tempat tersebut terpendam lonsorann tanah dan pasir atau lahar yang
begitu derasnya.
Dari hasil penelitian sementara yang berhasil dikumpulkan tim arkeologi, bahwa secara
umum, potensi data arkeologi situs Liyangan tergolong tinggi
berdasarkan indikasi, antara lain luas situs dan keragaman data berupa
bangunan talud, candi, bekas rumah kayu dan bambu, strutur bangunan
batu, lampu dari bahan tanah liat, dan tembikar berbagai bentuk.
Disisi lain juga
diperoleh kabar berupa struktur bangunan batu, temuan tulang dan gigi
hewan, dan padi, berdasar gambaran yang lain dari hasil survei
penjajakan tersebut Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan bahwa Situs
Liyangan merupakan situs dengan karakter kompleks, yaitu yang
mengindikasikan bahwa lokasi tersebut adalah situs permukiman atau
sebuah desa atau dusun di masanya, selain itu merupakan pula situs
ritual, dan situs pertanian.
Kunikan lain dari hasil penemuan selanjutnya adalah luasan
imajiner situs Liyangan berdasarkan survei diperkirakan tidak kurang
dari dua hektare. Di area tersebut tersebar data arkeologi misteri yang
menunjukkan sebagai situs perdusunan masa Mataram Kuno. Mengingat
sebagian situs terkubur lahar, masih sangat dimungkinkan luasan situs
lebih dari hasil survei.
Hasil penelitian tim Balai Arkeologi
menyimpulkan bahwa data arkeologi berupa sisa-sisa rumah berbahan kayu
dan bambu merupakan situs perdusunan masa Mataram Kuno sekitar 1.000
tahun lalu. Akan tetapi yang menjadi tanda tanya dan menjadi penelitian
yang menarik adalah, kayu-kayu yang menjadi bagian terpenting bangunan
di area situs Liyangan tersebut hingga sekarang sebagian nampak masih kokoh tidak termakan zaman.
Justru sebagian kayu-kayu tersebut
masih nampak utuh tampa cacat sedikitpun. Hingga sampai sekarang
penelitian tentang kayu-kayu tersebut masih dilakukan di laboratorium Balai Arkeologi Yogyakarta.
Mitos dan misteri Liyangan beserta kompleksnya menceritakan bahwa dengan
penggalian tersebut maka setelah tanah terpotong akan kelihatan secara
konstruksi dan diketahui tanah lapisan budaya, maka akan merekonstruksi
pula adanya aktivitas manusia masa lampau serta peristiwa apa saja yang
pernah terjadi pada kawasan situs Liyangan, akan tetapi masih
diperlukan metode yang benar untuk mengungkap misteri yang ada
pada Liyangan dan kompleksnya tersebut.
Dan mulanya di lokasi penambangan
pasir tersebut ditemukan situs yang diduga tempat pemujaan atau ritual
lainnya, namun terakhir ditemukan pula bekas bangunan dari kayu dan
bambu yang telah menjadi arang dan di bawahnya terdapat talud dari batu
putih setinggi 2,5 meter dan terdapat saluran air.
Adanya temuan bangunan saluran air tersebut menandakan bahwa waktu itu
sudah ada manajemen air. Melihat konstruksi kayu dengan garapan yang
halus dan menggunakan atap dari ijuk menandakan bahwa masyarakat pada
masa itu telah memiliki budaya dan seni arsitektur yang cukup baik di
zamannya.
Namun yang perlu menjadi perhatian semua pihak termasuk pemerintah daerah kabupaten Temanggung adalah penemuan situs Liyangan merupakan
satu-satunya yang pernah ditemukan di Indonesia, sehingga memiliki arti
sangat penting bukan hanya bagi pengembangan kebudayaan di Indonesia,
tetapi juga dalam skala internasional, oleh sebab itu perlu dilakukan
upaya penyelamatan guna penelitian dunia ilmiah.
Pemerintah kabupaten Temanggung sangat
memiliki peranan penting untuk menopang dan mendukung penelitian
peninggalan sejarah tersebut. Karena ini juga merupakan bagian aset
daerah yang berharga untuk generasi muda mendatang dan bangsa Indonesia,
termasuk pula bagian dari situs sejarah dunia yang ada.
*****
Artikel disari dari berbagai sumber (dbs)
perubahan menuju hal-hal yang positiv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar