Kamis, 19 Juli 2012

Okta Sharing Centre - Free Download Software Full Version: Angry Birds Seasons 2.4.1 Full + Serial Number

Okta Sharing Centre - Free Download Software Full Version: Angry Birds Seasons 2.4.1 Full + Serial Number: Pasti udah pada tau donk sama game yang satu ini ? Siapa disini yang udah menyelesaikan semua misi di versi sebelumnya ? Bagi yang udah pa...

perubahan menuju hal-hal yang positiv

Okta Sharing Centre - Free Download Software Full Version: Angry Birds Seasons 2.4.1 Full + Serial Number

Okta Sharing Centre - Free Download Software Full Version: Angry Birds Seasons 2.4.1 Full + Serial Number: Pasti udah pada tau donk sama game yang satu ini ? Siapa disini yang udah menyelesaikan semua misi di versi sebelumnya ? Bagi yang udah pa...

perubahan menuju hal-hal yang positiv

Cara Menghilangkan Blacklist Smadav 9.0

Setelah kamu Download dan instal Smadav 9.0 biasanya kalau Smadav nya Pro langsung di Blacklist.

Cara menghilangkan Blacklist Smadav 9.0 :

1.Pastikan Smadav di komputer Anda tidak aktif (Klik kanan pada ikon Smadav di System tray dan klik Exit).
2.Lalu hapus file "PIR?SYS.DLL" yang ada di "C:\Windows\System32\PIR?SYS.DLL" Jika sudah dihapus atau tidak ada, lanjut ke langkah ke-3)
3.Klik Start-Run lalu ketik "Regedit" atau tekan logo Windows & R secara bersamaan lalu ketik "Regedit" untuk menjalankan registry editor.
4.Lalu buka HKEY_CURRENT_USER -> Software -> Microsoft -> Notepad. Pada registry editor.
5.Kemudian cari "lfPitch?ndFamily", "lfPitch?ndFamily2", dan "lfPitch?ndFamily3", bila sudah ditemukan hapus semua lfPitch?ndFamily.
6.Selanjutnya buka C:\Program Files\Smadav dan klik 2 kali pada file "SM?RTP.exe" untuk menjalankan Smadav.
7.Masukkan Register smadav pro pada tab Setting di Smadav.
8.Selesai.
perubahan menuju hal-hal yang positiv

Selasa, 17 Juli 2012

IRILsmd: SYAIR CINTA ARYA DWIPANGGA

IRILsmd: SYAIR CINTA ARYA DWIPANGGA: Pelangi muncul diatas kurawan Warnanya indah bukan buatan Seorang gadis ternganga keheranan Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan Sekun...

perubahan menuju hal-hal yang positiv

PENDEKAR SYAIR BERDARAH

SYAIR CINTA ARYA DWIPANGGA
Pelangi muncul diatas kurawan
Warnanya indah bukan buatan
Seorang gadis ternganga keheranan
Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan
Sekumtum cempaka sedang mekar ditaman sari desa Manguntur
Kelopaknya indah tersenyum segar
Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malam nanti
Ku buka daun jendela dan terbayang malam yang indah di hiasi chandra kartika
Di bulan Waisya ini
Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masih rapat terkancing dari dalam
Kapn kubuka
Wahai sang dewi puspa
Pelangi itu muncul lagi
Membuat garis melengkung ke langit tinggi
Daun ilalang diterpa angin gemerisik membangunkan tidurku dari dari mimpi buruk
Di batas tugu yang indah ini ku pahat dengan bermandikan keringat kasih
Kalau kau tatap mega yang berbunga-bunga
Disanalah aku duduk menunggu pintu maafmu terbuka
Pelangi senja mengantarkan burung-burung pulang ke sarangnya
Domba-domba pulang ke kandangnya
Tapi aku hendak kemana
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selama senyummu masih kau sembunyikan di balik keangkuhan hatimu
Nari Ratih…………………..!
Kau adalah sebongkah batu karang
Tapi aku adalah angin yang sabar setia
Sampai langit di atas terbelah dua
Aku akan membelai namamu bagaikan bunga
Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin
Biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih di langit yang jauh
Aku akan tidur dengan tenang
Sambil memluk senyummu dalam kehangatan mimpiku
Aku berkelana mencari cinta ke desa-desa yang jauh
Akhirnya di candi walandit kupuaskan dahagaku
=======================================================================================================
Aku datang dari balik kabut hitam…aku mengarungi samudera darah…akulah pangeran kegelapan…kan ku remas matahari di telapak tanganku.. kan ku pecahkan wajah rembulan, pecah terbelah…dengan KIDUNG PAMUNGKAS …kan ku buat dunia berwarna merah…
========================================================================================================
Oh betara…
Sdh sulit q bedakan hidup dan siksa….
Setiap nafas dan langkah q raja derita……
Oh betara….
Buka matamu dan saksikan derita q….
Telah kau kalahkan aq dengan tangan perkasamu….
Oh betara….
Kini mimpi-mimpikupun hitam gelap………..
Segelap bola mata q…………
Letih sudah kaki menyelusuri lembah…….
Tapi…….
Perjalanan tidak kunjung usai…….
Tidak terperih luka…….
Carut marut oleh onak duri
Oh……..
Perih luka ternyata jauh lebih perih jiwa…….
Gemulung halimun menutup jalan semua jalan……..
Tapi aku tetap ingin pulang……….
Dewa…………..
Kembalikan masa bocahku kedalam jiwa…………
Jangan peluk akhir perjalananku……..
Aku masih punyak rindu………..
Yang belum pupus…………
Jemariku belum lagi menyentuh bayang-bayang mimpi ku
Jagat dewa batara………
Sejuta kutuk pasu ku tadah dengan dada terbuka……..
Tapi belum juga kau satukan aku dengan anak-anakku……….
Oh……………
Hanya rindu yang meratapi dosa-dosa……..
Busuk………….
Satu-satu ………..
Orok dosaku mengering sudah…………
Satu-satu ………..
Bayangan masa datang terasa benderang……..
========================================================================================================
SYAIR PENGIRING KETIKA ARYA DWI PANGGA BELAJAR AJIAN KIDUNG PAMUNGKAS
Ketika kata-kata……………
Sudah tidak bisa menjawab tanya……………
Maka bahasa pedanglah yang bicara………………
Bahasa para ksatria……………
Bahwa bumi mununtut sesaji darah manusia……………
Pedang……………
Taring betarakala sedang di amuk murka……………
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana……………
Bumi……………
Gelap pekat menangis air mata merah……………
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia……………
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan……………
Tergelar dari ujung pedang……………
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yang sama……………
========================================================================================================
SYAIR PAMUNGKAS ARYA DWIPANGGA UNTUK MENAKLUKKAN HATI MEI SHIN YANG SEDANG BIMBANG
Burung merak melayang menyelinap ke istana awan……………
Ditahtanya di rentangkan sayap……………
Dari dadanya semburat sinar rembulan……………
Kidung pamungkas
=======================================================================================================
DENDAM ABADI
Jangan ada suara kalau syairku sedang bicara
Karena suaraku ingin memutar balik cakra dunia
Kenapa orang bijak bicara dengan jumawa
Tidak ada yang abadi di dunia ini
Kecuali ketidak abadian itu sendiri
Padahal duka hidupku abadi
Luka hatiku abadi
Pagi mengusir malam
Siang menghardik embun
Dan malam menelan matahari juga abadi
Dari waktu ke waktu
Sampai ratusan abad sejak alam mayapada
Digelar para dewa
Dendamku pada kamandanu juga abadi
Begitu juga dendamku pada nasib juga abadi
oooh…
Akan kutebar gelembung dendam rahmawana
Menyebar keseluruh mayapada
Menutup kayangan di puncak Mahameru

perubahan menuju hal-hal yang positiv

Selasa, 03 Juli 2012

KECAMATAN KANDANGAN: AYAMKU HITAM LEGAM SANG CEMANI

KECAMATAN KANDANGAN: AYAMKU HITAM LEGAM SANG CEMANI: Pernah mendengar tentang ayam yang seluruh badannya hitam legam bahkan sampai warna darahnya pun juga hitam? ya, ayam yang biasa dijuluki...

perubahan menuju hal-hal yang positiv

Senin, 02 Juli 2012

Perjalanan Kecil di Bumi Pala Temanggung

Nama Pikatan dalam Sejarah

July 10, 2009

Jejak sejarah Nama Desa Pikatan Kecamatan Temanggung tidak lepas dari nama Rakai Pikatan seorang penguasa tanah Jawa dan Awal Berdirinya Mataram dan Sriwijaya
kalau kita lihat Nama Rakai Pikatan adalah Gelar yang di dapat dari gelar lamanya sebagai kepala daerah (contoh: Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung). Dalam catatan sejarah pusat pemerintahan di wilayah mata air Desa Pikatan Sekarang.
Sejarah Temanggung mulai tercatat pada Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908 Masehi yang ditemukan penduduk dusun Dunglo Desa Gandulan Kecamatan Kaloran Temanggung pada bulan November 1983 . Prasasti itu menggambarkan bahwa Temanggung semula berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi dimana salah satu wilayahnya yaitu Pikatan. Disini didirikan Bihara agama Hindu oleh adik raja Mataram Kuno Rahyangta I Hara, sedang rajanya adalah Rahyangta Rimdang (Raja Sanjaya) yang naik tahta pada tahun 717 M (Prasasti Mantyasih). Oleh pewaris tahta yaitu Rake Panangkaran yang naik tahta pada tanggal 27 November 746 M, Bihara Pikatan memperoleh bengkok di Sawah Sima. Jika dikaitkan dengan prasasti Gondosuli ada gambaran jelas bahwa dari Kecamatan Temanggung memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan seterusnya adalah adalah wilayah yang subur dan tenteram (ditandai tempat Bihara Pikatan).
Rakai Pikatan terdapat dalam daftar para raja versi prasasti Mantyasih. Nama aslinya menurut prasasti Argapura adalah Mpu Manuku. Pada prasasti Munduan tahun 807 diketahui Mpu Manuku menjabat sebagai Rakai Patapan. Kemudian pada prasasti Kayumwungan tahun 824 jabatan Rakai Patapan dipegang oleh Mpu Palar. Mungkin saat itu Mpu Manuku sudah pindah jabatan menjadi Rakai Pikatan.
Akan tetapi, pada prasasti Tulang Air tahun 850 Mpu Manuku kembali bergelar Rakai Patapan. Sedangkan menurut prasasti Gondosuli, Mpu Palar telah meninggal sebelum tahun 832. Kiranya daerah Patapan kembali menjadi tanggung jawab Mpu Manuku, meskipun saat itu ia sudah menjadi maharaja. Tradisi seperti ini memang berlaku dalam sejarah Kerajaan Medang di mana seorang raja mencantumkan pula gelar lamanya sebagai kepala daerah, misalnya Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung.
Menurut prasasti Wantil, Mpu Manuku membangun ibu kota baru di desa Mamrati sehingga ia pun dijuluki sebagai Rakai Mamrati. Istana baru itu bernama Mamratipura, sebagai pengganti ibu kota yang lama, yaitu Mataram
SEJARAH RAKAI PIKATAN
Prasasti Canggal yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kehidupan politik Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini bertuliskan tahun654 Saka atau 732, ditulis dengan huruf Palawa yang menggunakan bahasa Sansekerta. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya Sanjaya. Masa pemerintahan Sanna dan Sanjaya dapat kita ketahui dari deskripsi kitab Carita Parahyangan. Dalam prasasti lain, yaitu Prasasti Balitung, Raja Sanjaya dianggap sebagai pendiri Dinasti Sanjaya, penguasa Mataram Kuno.
Sanjaya dinobatkan sebagai raja pada tahun 717 dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Kedududkan Sanjaya sangat kuat dan berhasil menyejahterakan rakyat Kerajaan Mataram Kuno. Sanjaya menyebarkan pengaruh Hindu di pulau Jawa. Hal ini ditempuh dengan cara mengundang pendeta-pendeta Hindu untuk mengajar di Kerajaan Mataram Kuno. Raja Sanjaya juga mulai pembangunan kuil-kuil pemujaan berbentuk candi. Stelah Raja Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh putranya yang bernama Rakai Panangkaran.
Raja Rakai Panangkaran banyak mendirikan candi, seperti Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi Kalasan. Dari bukti-bukti tersebut, diketahui bahwa Raja Rakai Panangkaran beragama Buddha. Raja Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran berturut-turut adalah Rakai Warak dan Rakai Garung. Raja Mataram Kuno selanjutnya adalah Rakai Pikatan. Persaingan dengan Dinasti Syilendra yang waktu itu diperintahkan oleh Raja Samaratungga dianggap menghalangi cita-citanya untuk menjadi Penguasa tunggal di Pulau Jawa.
Pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti tersebut melalui pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya dengan Pramodawardhani (Putri Raja Samaratungga), dari keluarga Syailendra. Namun, perkawinan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani tidak berjalan lancer. Setelah Samaratungga wafat, Kekuasaan beralih kepada Balaputradewa yang merupakan adik tiri dari Pramodawardhani. Menurut beberapa Prasasti, seperti Prasasti Ratu Boko (856), menunjukkan telah terjadinya perang saudara antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa.
Balaputradewa mengalami kekalahan dan melarikan diri ke Swarnadwipa(Sumatra). Ia kemudian berkuasa sebagai raja, mengantikan kakeknya di kerajaan Sriwijaya. Hal ini dapat dapat diketahu dari Prasasti Nalanda (India), yang menyatakan bahwa Raja Deewapaladewa dari Bengala menghadiahkan sebidang tanah kepada Raja Balaputradewa dari Swarnadwipa untuk membagun sebuah biara.
Setelah Balaputradewa dikalahkan, wilayah Kerajaan Mataram Kuno menjadi semakin luas kearah selatan (sekarang yogyakarta). Daerah ini dahulunya adalah wilayah Dinasti Syailendra. Rakai Pikatan mengusahakan agar rakyat dinasti Sanjaya dan Syailndra dapat hidup rukun. Pada masa ini, dibangun kuil pemujaan berbentuk candi, Seperti Candi Prambanan. Menurut Prasasti Siwagraha, Rakai Pikatan dan raja-raja Mataram Kuno berikutnya masih tetap menganut agama Hindu Siwa.
Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang juga jd pelaksana pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih yang dipimpin oleh seorang mahapatih ini sangat penting perananya. Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang. Raja Mataram Kuno yang diketahui kemudian adalah Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Maha Dambhu adalah Raja Mataram Kuno yang sngat terkenal. Raja Balitung berhasil menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan.
Dimasa pemerintahannya, Raja Balitung menyempurnakan struktur pemerintahan dengan menambah susunan hierarki. Bawahan Raja Mataram terdiri atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I Hino sebagai tangan kanan raja yang didampingi oleh dua pejabat lainnya. Rakryan I Halu,dan Rakryan I Sirikan Struktur tiga pejabat itu menjadi warisan yang terus digunakan oleh kerajaan-kerajaan Hindu berikutnya, seperti Kerajaan Singasari dan Majapahit.
Selain struktur pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Setelah Raja Balitung wafat pada tahun 910, Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami pemerintahan tiga raja sebelum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Sri Maharaja Daksa, yang pada masa pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino, tidak lama memerintah Kerajaan Mataram Kuno. Penggantinya, Sri Maharaja Tulodhong juga mengalami nasib serupa.
Dibawah pimpinan Sri Maharaja Rakai Wawa. Kerajaan Mataram Kuno dilanda kekacauan dari dalam, yang membuat kacau ibu kota. Sementara itu, kekuatan ekonomi dan politik Kerajaan Sriwijaya makin mendesak kedudukan Mataram di Jawa. Pada masa itu, wilayah kerajaan mataram kuno juga dilanda oleh bencana letusan Gunung Merapi yang sangat membahayakan ibu kota kerajaan. Seluruh masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh Rakai Wawa. Ia wafat secara mendadak. Kedudukannya kemudian digantikan oleh Mpu Sindok yang waktu itu menjadi Rakryan i Hino.
CATATAN SEJARAH
Rakai Pikatan, tokoh yang menyatukan 2 wangsa dan membangun Candi Prambanan
Rakai Pikatan mengawini Pramodhawardhani yang saat itu sebagai putri Mahkota kerajaan Mataram Kuno.
Pramodhawardhani, dia adalah Putri utama dari Samaratungga dari dinasti Syailendra, kakak Balaputradewa yang menguasai Sriwijaya, di prasasti Kayumwungan dia meresmikan bhumisambara, di prasasti Tri Tepusan dia membebaskan pajak untuk pemeliharaan Bhumisambhara dengan sebutan Sri Kahulungan, dengan demikian Pramodhawardhani secara tidak langsung adalah Rani tanah Jawa mewakili Samaratungga ayahnya.
Rakai Pikatan melakukan pencapaian terbesar berkali-kali secara berurutan yaitu:
- pembangunan Bhumisambhara(candi Borobudur)
- perkawinannya dengan Pramodhawardhani yang berasal dari wangsa berbeda yang berkuasa
- pemindahan ibu kota Mataram ke Mamwratipura
- pembangunan Syiwagrha (candi Prambanan)
- plus perang konflik dengan Balaputradewa yang merupakan adik iparnya sendiri.
referensi buku
Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuna
Sriwidjaja – B Raden Slametmuljana, Slamet Muljana – 1960 . 
Perubahan menuju hal-hal yang positiv

Temanggung dalam Enam Periode

Zaman datang dan pergi. Kuntowijoyo, sejarawan terkemuka dari UGM, pernah membuat kerangka historiografi Indonesia ke dalam empat periode besar : zaman pra-kolonial, zaman kolonial, zaman nasional, dan zaman pasca-nasional. Dengan mengacu pada kerangka itu, kita juga bisa melihat kemungkinan bahwa sejarah lokal Temanggung bisa dibagi ke dalam enam periode sejarah, pada rentang abad 8 hingga abad 21 saat ini.
Namun, penting dicatat, bahwa Temanggung sebagai unit historiografi tidak harus dilihat sebagai aktor pusat sejarah. Pasalnya, dalam hampir semua periode itu, wilayah lereng Sumbing-Sindoro ini hanya merupakan daerah yang menerima pengaruh pergeseran sejarah. Bahkan, nama Temanggung sendiri baru muncul dalam periode ketiga, di zaman kolonial, persisnya tahun 1834.
Adapun pembabakan itu bisa dimulai dari babak pertama yakni periode klasik yang meliputi zaman Kalingga dengan tokoh legendarisnya Ratu Shima hingga kekuasaan wangsa-wangsa Sanjaya dan Sailendra yang membangun membangun monumen-monumen besar seperti candi Dieng, Borobudur, dan Prambanan.
Dalam versi babat, Wangsa Sanjaya lahir dari perkawinan antara Kalingga dan Galuh, kerajaan yang merupakan pelanjut dari Dinasti Tarumanegara di Jawa Barat yang bercorak Hindu-Budha pada abad ke-5 hingga abad ke-8.
Dinasti Sanjaya meninggalkan jejak sejarah dalam bentuk beberapa prasasti. Yang tertua adalah prasasti batu Canggal, di Gunung Wukir, Magelang, bertahun 732. Wangsa Sanjaya yang menganut Hindu Syiwa tumbuh bersamaan, dan saling bersaing, dengan dinasti Sailendra, yang menganut Buddha Mahayana dan sempat membangun Candi Borobudur pada tahun 780.
Perkawinan antara seorang pangeran trah Sanjaya, Rakai Pikatan, yang kemudiaan muncul sebagai penguasa dari dinasti ini, dengan seorang Pramodhawardhani, putri dari dinasti Sailendra, menyebabkan pengaruh Hindu menguat kembali di Jawa Tengah. Walhasil, berdirilah Candi Prambanan yang bercorak Hindu pada tahun 856. Namun, Rakai Pikatan ini pula yang menyerang Dinasti Syailendra dan memaksanya hijrah ke Palembang. Wangsa Sanjaya menjadi penguasa tunggal di Jawa Tengah.
Mengapa Mataram Kuno ambruk? Analisis sementara menyebutkan bahwa ini terjadi akibat suatu peristiwa “pralaya” ketika Merapi meletus hingga mengubur kedua candi besar Buddha dan Hindu, dan menghambat aliran Sungai Progo.
Peristiwa itu masih diperdebatkan kapan terjadinya, ada yang mengatakan pada abad ke-9 dan 10, atau sudah masuk abad 11, persisnya tahun 1006, atau 1017. Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa pralaya Jawa kuno itu terjadi secara berentetan dengan serangan Raja Wurawari. Sejak itu Mataram Kuno punah dan para elitnya pindah ke Kediri, Jawa Timur.
Kedua, periode pra-kolonial, meliputi periode waktu ketika terjadi perpindahan pusat kekuasaan politik dan kultural dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, munculnya Kadiri, Singosari, Majapahit, dan bangkitnya Demak, antara abad ke-11 hingga awal abad 16. Sangat sulit menemukan jejak-jejak peninggalan sejarah Temanggung dari periode ini karena pusat penulisan sejarah pra-kolonial memang lebih terfokus ke Jawa Timur. Alhasil, sejarah Temanggung dari periode ini hanya menjadi bagian marginal dari sejarah pusat-pusat kerajaan Hindu Jawa Timuran itu.
Ketiga, periode kolonial, mulai dari jatuhnya Demak, munculnya Mataram (baru), perpecahannya, dan makin kuatnya kekuasaan kolonialisme Belanda untuk menjadikan wilayah Kedu sebagai lumbung pangan dan basis ekonomi perkebunan.
Periode ini berlangsung antara abad ke-16 hingga menjelang abad ke-20. Bahan dokumenter untuk periode ini sudah cukup banyak dan bervariasi. Dalam periode ini Temanggung menjadi tanah koloni dari dua jenis penjajahan: penjajahan feodalisme Jawa dan penjajahahan kolonialisme Belanda.
Keempat, adalah periode nasional, sejak awal abad ke-20 hingga menjelang munculnya Orde Baru. Dalam periode ini, Temanggung dilihat sebagai bagian dari sejarah perlawanan-perlawanan lokal dalam rangka gerakan kemerdekaan nasional.
Segera setelah kemerdekaan tercapai, kekuatan-kekuatan politik kepartaian mulai muncul, dan divergensi politik juga terjadi di tingkat lokal. Temanggung adalah wilayah sejarah yang unik karena menjadi basis PKI terkuat di Jawa Tengah, di tengah-tengah lautan massa Islam tradisional yang juga berakar kokoh.
Ini adalah fakta sosio-historis yang penting yang bisa melandasi seluruh analisis berikutnya mengenai sosiologi-politik dan budaya-politik di masa-masa kemudian. Dinamika Temanggung dari periode ini merupakan bagian dari dinamika politik nasional yang penting ketika kekuatan-kekuatan politik, aliran-aliran ideologis, dan percaturan budaya-politik sedang mencari formatnya, meskipun akhirnya tak pernah selesai karena munculnya kekuatan-kekuatan sejarah berikutnya.
Kekuatan-kekuatan sejarah baru itu muncul pada periode kelima, yaitu periode pasca-nasional, yakni ketika di bawah Orde Baru, pada kenyataannya Temanggung dan daerah-daerah lainnya di seluruh penjuru Indonesia hanya menjadi bagian dari penjajahan ekonomi kapitalisme global, juga otoritarianisme militer. Bahan untuk periode berlimpah ruah, meskipun tentang Temanggungnya sendiri masih parsial-parsial.
Keenam, periode kontemporer, berlangsung sejak tumbangnya Orde Baru hingga sekarang. Masih berada dalam arus globalisasi neoliberalisme, tapi suasana dan dinamika lokal Temanggung sudah jauh lebih demokratis, dan lebih terbuka bagi munculnya gerakan-gerakan lokal baru.
Demikianlah enam periode sejarah lokal Temanggung. Jika lima periode pertama sudah berlalu, maka periode terakhir sesungguhnya masih berlangsung hingga sekarang. Ada adagium yang menyebutkan bahwa sejarah adalah politik di masa lalu, sementara politik adalah sejarah di masa kini.
Dalam periode terakhir, periode kontemporer, peristiwa-peristiwa politik harus dicermati sebagai elemen-elemen yang akan berpengaruh pada pembentukan sejarah di masa depan.
(AE Priyono. Peneliti Reform Institute Jakarta. Pengurus Perkumpulan Independen Komunitas Temanggungan(PIKATAN), Temanggung)

perubahan menuju hal-hal yang positiv  https://youtu.be/duGy3x0Zsx0